"Hey! I'm Eggy. Thank's for visiting ga je Blog! Please have a seat and make yourself comfy while reading my blog."

Senin, 29 Desember 2014

Finally

Finally, penantian panjang telah berakhir. Walau eksekusinya agak berantakan, tapi gue cukup puas. "Not bad," she said. Gue tau tuhan punya rencana.

Setelah kode 'Kijang satu' dilontarkan dari mulutnya. Gue pun langsung susun rencana penyerangan. Ngumpulin amunisi. Membentuk aliansi. Menentukan medan perang. Menentukan waktu yang tepat untuk melakukan penyerangan.

DUA belas. TIGA belas. DUA puluh TIGA. Cukup menarik buat gue. Kebetulan bertepatan juga dengan rencana lain. Pagi-pagi sekali, gue berangkat menuju medan perang. Pilihan yang gue punya cuma menang. Dan mati mutlak jadi resikonya.

Di atas menara pandang. Di tengah hamparan bunga. Dengan setangkai mawar merah. Berlutut. Cukup romantiskah eksekusinya? Entahlah, gue gak tau romantis itu yang seperti apa. Seperti siapa.

Altophobia menjadi rintangan terbesar gue. Jantung makin berdebar. Keringat membanjiri seluruh bagian tubuh. Kepala terasa pening seakan ada gada raksasa yang menghantam berulang kali. Terduduk. Lemas terkulai. Gak sanggup gue berdiri. Jika gue maksain untuk berdiri, rasanya kayak melayang dan jatuh dari ketinggian 10.000 meter. Mulut terasa kering, tak mampu bersuara. Gue rasa gue harus ke toilet. Enggak. Gue adalah laki-laki. Anak pertama dari dua bersaudara. Gue udah dilatih untuk berani membela apa yang gue yakini. Gue bisa lawan semua rasa takut gue. I can face it. Fuck you phobia, i had a mission here.

Then, she said, "Yes."

For god sake, she said yes. What now? Blank. Detak jantung normal. Namun melemah perlahan. Keringat terasa sangat dingin. Pandangan kosong. Gak ada bagian tubuh yang mampu gue gerakkan. Bergeser 1 senti pun gue gak mampu. Terciptalah sebuah patung batu maha berat yang 100 kuli pun gak akan kuat menggesernya. Sangat bertolak belakang dengan kodisi fisik. Pikiran gue melayang-layang. Jauh. Tinggi. Tepat diantara bintang-bintang. Persetan dengan tanah. Gue terbang.

"Hey, come on, wake up. This is not a dream." Dia nampar gue pelan.
"Hah?" Gue sadar. Fisik dan pikiran bersatu lagi. "Aaaaaaaaw!" Dia cubit pipi gue.
"Sakit?"
"Iya."
"This is not a dream. This is real."
"Umm, jadi, apa sekarang kita ......... ?"

"Yes, of course." Then she smiling to me.

I'm feel blessed. Thanks god. For blessing me. Blessing my plan. Blessing my will. I hope you're blessing us. Blessing our relationship. Until the death take us.

Oh tuhan, maaf selama ini aku telah marah. Berprasangka buruk. Meragukanmu. Meragukan kuasamu. Aku cuma bingung. Panik. Karna kau tak kunjung menjawab doaku. Sekali lagi maaf.

"Can i hug you?" tanya gue.
"Sure."

Gue peluk erat-erat sebagai hadiah dari tuhan karna gue sanggup bersabar. Karna gue sanggup bertahan. Bertarung tanpa memukul. Sekarat. Hampir mati karna babak belur.

"Ugh, punggung! Remuk dah. Kamu lebih seneng kalo aku utuhkan?"
"Hehehehe iyaaa, maaf."
"Makasih mawarnya."
"Iyaa, sama-sama."

Kami turun dari menara pandang. Berkeliling. Dengan nafas baru. Lebih ringan. Lebih nyaman dihirup.

"Wanna walk around?" tanya gue.
"Yes." Dia menjawab tanpa ragu.

*Ckrek*

Seseorang mengambil foto kami dari belakang. Dari jauh. Seorang aliansi yang gue percaya. 

Thanks dude. Mission accomplished.




1 komentar:

  1. lucu keren dan waw banget ceritanya! apalagi kiasan-kiasan yang dipake luar biasa haha selamat yaaaa!

    BalasHapus

ko cuma baca doang? di komen laaaaah..

Hujan