I'm a man with full of negativity and i always make fun to people who tried to spread positivity.
And today, i'm crying. Just after i made fun of someone podcast.
Gue selalu mendapat energi dari rasa marah, rasa benci dan rasa tidak puas. Hidup tidak selalu bahagia. Kita tentu sering dengar istilah "shit happens everyday, get used to it". Jadi gue selalu membiasakan untuk tidak berharap terlalu tinggi karna gue tau akan kecewa. Gue juga terbiasa dengan hal yang membuat gue tidak puas. Terbiasa pasrah dengan keadaan. Terbiasa pasrah dengan keputusan orang lain. Semua hasrat dalam dada selalu gue telen sendiri. Jadi modal untuk berkhayal nanti malam tepat sebelum tidur.
Gue selalu menuruti orang lain demi menghindari konflik, debat atau sesimpel menghindari percakapan berkepanjangan. Kenapa? Karna gue ngerasa gak ada orang lain yang lebih mengerti maunya gue. Support mereka cuma di mulut, tapi tidak tercermin pada perlakuan mereka ke gue. Jadi gue sudah lama sekali menyerah dengan orang lain. Gue sangat gak percaya dengan orang lain dan gue gak pernah mau membiarkan orang lain tau apa yang gue mau. Karna percuma. Cuma di mulut.
Pada akhirnya gue cuma ikutin maunya orang lain tanpa memikirkan apa yang gue mau. Apa gue bahagia dengan itu? Haha, are you kidding? Of course not. Sangat tidak bahagia. Gue selalu memendam ego, gue terlalu takut dibilang egois, gue takut tidak disukai lagi. Maka dari itu gue selalu menuruti orang lain. Agar mereka tetap menganggap gue baik. Agar mereka menganggap gue selalu ada untuk mereka. Karna yang gue tau seperti itu cara kerjanya. Men, gue bahkan rela ngebunuh passion dan semua hal yang gue suka banget lakukan, demi orang lain. Bodohnya gue, mereka bahkan gak tau gue telah dan rela melakukan itu.
Lalu apa hubungannya dengan podcast?
Jadi hari ini, di akhir pekan, di bulan Juli. Gue terpaksa harus berangkat kerja, lembur, karna ada pekerjaan mendadak, perintah langsung dari atasan. I know it's PPKM, but i work in critical sector. FYI, gue kerja di pelabuhan Tanjung Priok. Jadi gak mungkin tutup.
Oke balik lagi, seperti biasa biar agak rileks dan fokus, gue kerja sambil dengerin podcast. Kenapa gak dengerin lagu? Wow, untuk orang yang suka banget musik kayak gue, gue pasti malah fokusnya ke musik, nyanyi, goyang-goyang bahu dikit sampai headbang. Gue kehabisan podcast untuk didenger, podkesmas, destanya dan beberapa podcast favorit gue belum tayang lagi. Gue cobalah satu podcast baru yang lagi naik. On Marissa's Mind. Gue tau Marissa. Dia orang hebat dan gue suka liat dia di tv. Gue putusin untuk coba podcast dia.
Marissa membahas tentang mindfulness, love self dan hal positif lainnya yang bisa memotivasi pendengar. Jujur aja, gue terbiasa dengan negativitas dan selalu menganggap orang yang memotivasi orang lain untuk positif itu berlebihan, mungkin karena pembawaannya yang tenang atau entahlah. Gue menganggap orang-orang ini terlalu sotoy untuk mengerti hidup gue. So i make fun of her podcast.
Until...
Marissa membahas tentang people-pleaser. Heck, i don't know what is that. Gue kira tentang orang yang selalu memohon kepada orang lain untuk tetap berada di sisinya, menuruti yang dia mau dan memenuhi hatinya dengan kasih sayang. Tentu aja, gue kira ini tentang orang-orang yang biasa gue turuti kemauannya. But i was wrong, gak sepenuhnya salah, tapi salah.
Isi dari podcastnya bisa kalian dengar sendiri di spotify, On Marissa's Mind.
Cuma di bahasan ini gue diem, mendengar baik-baik seakan Marissa bicara langsung sama gue. Wow, i feel touched. Seakan gue di seret ke masa lalu untuk lihat apa yang pernah terjadi sama gue. Menjelaskan kenapa gue seperti ini, sampai saat ini. Kenapa gue marah. Kenapa gue selalu merasa tidak puas. Kenapa gue merasa iri. Kenapa gue benci dengan diri gue sendiri.
Gak terasa, sambil termenung dengan pandangan lurus menatap tembok sampai tembus ke masa lalu gue itu, mata gue basah, pipi gue basah. Gue nangis. Tanpa suara.
Cepat-cepat gue hapus air yang menggangu ini dari muka gue. Tapi gak ada habisnya. Air sialan ini terus mengalir. Gue cuma bisa nunduk ke kolong meja, pura-pura cari barang jatuh karna takut ada yang lihat. Gue benci ketika gue gak bisa kontrol diri kayak gini. Tapi entah dengan mata siapa, gue merasa bisa melihat diri gue yang ada di kolong meja. Rasanya gue mau peluk. Rasanya gue mau hapus air matanya. Rasanya gue mau bilang "aku disini."
Terus gue lakukan, sampai akhirnya gue bisa satuin lagi pikiran gue, raga gue dan jiwa gue. Sampai gue kembali tenang.
Terima kasih kak Marissa, karna telah membuat saya mengerti lebih jauh tentang diri saya. Maaf bila saya sempat meremehkan niat baik anda. Semoga sukses dan sehat selalu ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ko cuma baca doang? di komen laaaaah..